Sebelum kita memulai pembahasan mengenai kesalahan tersebut, kita harus sepakat akan satu hal, sosial media itu gila. Sepakat ? Jika ya, mari kita lanjutkan pembahasan ini.
Jika melihat brand besar yang ada saat ini, mereka selalu memiliki akun official di sosial media, baik itu Facebook, Twitter, Instagram dan akun sosial media lainnya. Melihat postingan yang selalu di retweet atau di like ribuan kali, tentu kita menjadi tertarik.
Saat kita mencobanya, apa yang kita dapatkan ? Berbanding terbalik dengan ekspektasi bukan ?
Coba kita ingat kembali, apa alasan kita membuka media sosial. Sudah terbayang ? Untuk membeli sesuatu ? Atau jangan-jangan hanya untuk melihat update dan berkomunikasi dengan orang terdekat. Untuk lebih jelasnya, lihat info dibawah ini:
Miris ? Ya ! 94% pengguna sosial media hanya menggunakan sosial media untuk berinteraksi, baik itu untuk melihat foto, chatting, membuat status dan lain sebagainya.
62% responden mengaku tidak terpengaruh dengan iklan yang ada di sosial media. Faktanya memang seperti itu, terima atau tidak itulah faktanya.
Lalu apa gunanya kita menggunakan sosial media untuk melakukan promosi jika tidak memiliki dampak pada penjualan kita ?
Sebenarnya iklan di sosial media bukanlah untuk mencari pembeli. Memang ada pembeli yang langsung melakukan transaksi, pembeli ini dinamakan impulse buyer. Tetapi tujuan kita bukan untuk menjual, lalu apa ?
BRANDING !
Kita menggunakan sosial media untuk memperkenalkan produk kita, bukan untuk menjual produk kita. Mendapatkan pembeli adalah bonus. Tetapi tujuannya adalah agar orang bisa tahu akan produk yang kita jual.
Ingat pepatah ini: Sosial media bukan untuk menjual barang secara langsung, melainkan mendapatkan reputasi dan pengakuan akan brand yang kita miliki.
Sampai sini kita setuju ?
Marketing menggunakan sosial media bukanlah untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek, melainkan untuk jangka panjang. Jika produk yang ingin kita jual sudah dikenali oleh publik, maka secara tidak langsung pembeli yang akan datang mencari produk kita. Sampai sini dulu pembahasan kita mengenai kesalahan dalam mempersepsikan marketing sosial media.